Robot Jepang vs Robot Indonesia

Sebanyak 12 robot berkompetisi dalam Indonesia-Japan Robot Contest(IJRC) 2008 di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Jakarta, Minggu (11/9). Robot-robot yang bergerak otomatis tersebut harus secepat mungkin memadamkan api lilin dan menyelamatkan boneka bayi. Perlombaan yang menggunakan sistem setengah kompetisi ini akhirnya dimenangkan robot G-R dari Politeknik Elektronik Negri Surabaya.

Baca pos ini lebih lanjut

Indonesia Boyong 3 Piala APICTA 2008

Indonesia berhasil memboyong tiga piala di Asia Pasific ICT Awards 2008 (APICTA), Sabtu (15/11) malam. Kemenangan ini diraih setelah berhasil mengalahkan 11 negara di Asia Pasific lainnya.

Ketiga pemenang tersebut, yakni PT Dama Persada dengan produknya Xirka WiMax Baseband Processor untuk kategori Communication, Pixel People Project Research & Desaign dengan produknya jBatik (open source software) untuk kategori tourism and hospitality, dan PT Sqiva Sistem dengan produknya Sqiva Reservation and Distribution System v2 untuk kategori Security.

Baca pos ini lebih lanjut

Membaca Rahasia di Perut Bumi

Bumi selalu dianggap berbentuk bulat dan mempunyai gravitasi yang sama di seluruh permukaannya. Kenyataannya tidak begitu. Karena massa di perut bumi memiliki kerapatan yang heterogen, maka terjadilah penyimpangan gaya gravitasi. Anomali itulah yang justru dicari para memburu minyak bumi dan para penambang.

Untuk menggambarkan bentuk bumi, ada beberapa model yang dipakai, di antaranya dipilih bentuk ellipsoida dan digunakan asumsi bahwa densitas (kerapatan) bumi homogen. Padahal, kenyataannya, kerapatan massa bumi itu heterogen yang juga diliputi air, batuan leleh, minyak, dan gas. Di permukaan bumi ada gunung-gunung yang memendam magma, sebagiannya ditutupi lautan, dan di bawahnya bersembunyi cekungan minyak. Daerah-daerah tersebut gaya beratnya lebih rendah dibandingkan dengan permukaan atau lapisan bumi yang padat dan rapat.

Dengan ditemukannya kondisi itu, bentuk ellipsoid bumi yang ideal tadi memiliki jarak dengan bentuk geoid, yaitu model bumi yang mendekati bentuk bumi sesungguhnya. Secara praktis geoid dianggap berimpit dengan permukaan laut rata-rata pada saat keadaannya tenang dan tanpa gangguan cuaca.

Jarak geoid terhadap ellipsoid itu—yang disebut undulasi geoid—jelas tidak sama di semua tempat, karena ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi itu. ”Beda tinggi antara ellipsoid dan tinggi geoid sangatlah bervariasi dan besarnya bisa mencapai puluhan meter,” urai Joenil Kahar, pakar Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pengukuran ”geoid”
Peta geoid dibuat berdasarkan pengukuran gaya berat bumi di setiap tempat menggunakan alat ukur yang disebut dengan gravimeter. Pengukuran itu dilakukan dengan mengacu pada jejaring berupa garis-garis sejajar dengan kerapatan tertentu, yang direncanakan di atas peta.

Baca pos ini lebih lanjut

Sistem Hibrida pada BTS Hemat Listrik 80 Persen

Penggunaan sistem hibrida berupa pembangkit listrik tenaga terbarukan seperti surya, angin, dan lain-lain pada base transceiver station (BTS) operator seluler dapat menekan konsumsi energi dari PLN sebesar 80 persen.

Head of West Java Region PT Indosat Bambang Wirawanto di Bandung, Jumat (28/11), mengatakan, tenaga alternatif untuk program uji coba komersial BTS menggunakan angin, matahari, dan biofuel yang telah dilakukan di Girisari, Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Baca pos ini lebih lanjut

18 Universitas Ikuti Lomba Roket

Sedikitnya 18 universitas se-Indonesia mengikuti lomba roket tingkat nasional kerja sama antara Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di pantai Pandansimo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (30/11).

“Enam universitas dari Jakarta, satu universitas dari Bandung, dua universitas dari Semarang, satu universitas dari Salatiga, delapan universitas dari DIY, satu universitas dari Solo, dan masing-masing empat universitas dari Surabaya dan Malang,” ungkap Handoko Slamet Riyadi dari LAPAN, di Bantul, Sabtu (29/11).

Ia mengatakan, lomba roket tersebut terbagi dalam 27 tim, satu timnya terdiri atas minimal dua orang dan maksimal lima orang. “Maksud diadakannya lomba ini adalah memancing minat dan bakat dari mahasiswa serta menyosialisasikan teknologi roket dan satelit,” katanya.

Baca pos ini lebih lanjut